VIVAnews - Rasa nikmat dan tampilan cantik seringkali tak cukup menjadi bekal untuk menduniakan masakan nusantara. Trik menyesuaikan bahan baku dengan selera masyarakat mancanegara juga perlu menjadi perhatian.
Pakar kuliner William Wongso mengatakan, dirinya kerap melakukan trik penyesuaian saat harus menyajikan masakan yang berbahan baku jeroan, seperti sate Padang. "Yang makan jeroan itu cuma orang Indonesia, jadi harus punya trik mencari pengganti jeroan tanpa mengurangi rasa," ujarnya.
William kerap mengganti jantung dan lidah sapi dengan daging sapi di bagian pipi. Tekstur antara jeroan yang kerap dipakai untuk sate Padang itu sangat mirip dengan daging pipi. "Enak, kenyal karena bagian pipi mengandung banyak kolagen," ujarnya.
Mengganti bahan baku jeroan dengan daging membuat William lebih nyaman menyajikan sejumlah masakan nusantara kepada tamu asal mancanegara. Tamunya pun lebih menikmati karena umumnya mereka segera bergidik jika tahu bahan bakunya jeroan.
Bagi William, yang tak boleh ditawar adalah cita rasa asli. Menduniakan makanan nusantara bukan berarti berkreasi dengan menyesuaikan cita rasa bangsa lain. "Menyesuaikan bumbu dengan lidah bangsa lain itu yang jadi kesalahan besar kita, bagaimana memperkenalkan makanan kita kalau bumbunya berubah," ucapnya.
William memang disiplin soal rasa. Bersama Kementerian Luar Negeri, ia akan menggelar workshop bersama sejumlah pemilik restoran di Belanda. Ia ingin menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya cita rasa. Bahkan, kalau perlu membawa bahan asli dari Indonesia.
Ia sedih ketika suatu kali jalan-jalan ke Belanda melihat menu khas Indonesia, bakmi dan lumpia, tapi rasanya jauh dari asli. "Bagaimana masyarakat dunia akan mengenal bakmi dan lumpia yang sebenarnya kalau tak ada disiplin mempertahankan rasa," ujarnya. "Mempertahankan cita rasa asli itu yang terpenting." (art)
• VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar