VIVAnews - Berniat untuk berhenti merokok namun sulit untuk merealisasikannya? Memang tidak mudah untuk menghentikan kebiasaan buruk yang satu ini, meskipun Anda sudah tahu bahayanya.
Dari hasil data pemeriksaan medis yang dilakukan Sahid Sahirman Memorial Hospital pada 2010 menunjukkan, dari 2.654 karyawan di Jakarta, 94 persen karyawan perokok menderita penyakit kronis. Lalu, ada 70 persen perokok yang memiliki keinginan untuk berhenti, namun hanya 5 hingga 10 persen yang dapat melakukannya tanpa bantuan.
Perlu juga Anda tahu data Riset Dasar Kesehatan Kementrian Kesehatan pada 2010. Yaitu, rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap tiap harinya oleh 52,3 persen perokok adalah 1 hingga 10 batang. Lalu, 20 persen perokok menghisap 11 hingga 20 batang. Efek buruk yang muncul dari merokok adalah penyakit kronis yang timbul setelah 10 hingga 20 tahun merokok.
“Berhenti merokok bermanfaat bagi kesehatan dan dapat mencegah perburukan penyakit,” ujar Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari Sahid Sahirman Memorial Hospital, dr. Aulia Sani, SpJP (K), FJCC, FIHA, FasCC saat ditemui di acara peluncuran Klinik Stop Merokok dikantornya, Rabu 13 Juli 2011.
Banyak perokok yang sebenarnya ingin berhenti tetapi membutuhkan bantuan baik secara medis maupun psikologis. Hal ini lalu menjadi dasar dibuatnya 'Klinik Stop Merokok' di Sahid Sahirman Memorial Hospital. Metode yang digunakan klinik untuk membantu para pecandu nikotin, cukup sederhana.
“Kita lebih banyak melakukan aktivitas sharing session. Tiap orang punya riwayat pengalaman seputar rokok sendiri, berbeda satu dengan yang lainnya. Untuk itu kita bantu mereka untuk menghentikan kebiasaan merokok dengan terapi kelompok,” jelas terapis psikologis, dr. Sylvia D Elvira, SpKJ (K).
Klinik ini juga menawarkan layanan terpadu selama 12 minggu. Yakni dengan metode empat kali konsultasi secara individu dengan para dokter spesialis jantung, paru, penyakit dalam, penyakit jiwa dan dokter umum. Biaya yang dibutuhkan untuk layanan ini sebesar Rp3.718.000.
Ada pula tiga kali sesi konsultasi dengan para psikiatri dan sharing session dengan para dokter serta peserta dari klinik. Termasuk juga, terapi obat serta support line yang dapat membantu meningkatkan motivasi para untuk menghentikan kebiasaan buruknya.
Tetapi, perlu diingat bahwa tantangan terbesar perokok yang berniat untuk berhenti merokok adalah pengaruh lingkungan sosial. Itu karena banyak orang yang setelah berhasil berhenti merokok, tetapi ketika berkumpul dengan perokok lain, keinginan untuk merokok kembali muncul.
“Biasanya faktor lingkungan yang menjadi tantangan besar para perokok untuk berhenti merokok. Untuk itu, kami di sini memberikan edukasi dan promotif. Jika peserta dari klinik adalah seorang ayah, mereka pun bisa meneruskan kegiatan promotif berhenti merokok pada keluarga dan teman-temannya,” ujar drg Yusrahma Nurina, MARS, direktur operasional Sahid Sahirman Memorial Hospital. (eh)
• VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar