Rabu, 21 September 2011

Efek Buruk Jadi Seorang Pekerja Komuter

VIVAnews - Jarak antara rumah dan tempat bekerja yang tidak ada dalam satu kota adalah fenomena yang lazim terjadi saat ini. Terbatasnya perumahan di kota besar kerap menjadi alasan orang untuk menjadi seorang komuter.

Bagaimana komuter harian memengaruhi kualitas kesehatan seseorang? Sebuah penelitian yang mengamati efek pekerja komuter menemukan, menjadi seorang lebih memengaruhi wanita ketimbang pria. Perjalanan komuter membuat wanita semakin terbebani disamping tanggung jawab pengasuhan anak, pekerjaan rumah tangga serta karir mereka.

Dan, yang paling merasakan dampak buruk menjadi salah satu komuter adalah para ibu yang memiliki anak usia pra-sekolah. Studi menemukan, wanita dari kalangan ini lebih mungkin menderita masalah mental daripada pria dengan anak-anak usia yang sama.

Studi yang dipublikasikan dalam Journal Health Economics, mewawancarai para komuter dan meminta pendapat mereka mengenai rasa khawatir, kehilangan waktu tidur, merasa tertekan, atau rasa percaya diri.

"Wanita, terutama mereka yang memiliki anak, lebih mungkin untuk mendapat beban tambahan seperti berbelanja dan mengantar-jemput anak ke sekolah," ujar penulis studi dan profesor ekonomi Jennifer Roberts, dari Universitas Sheffield.

"Komuter menyebabkan kendala waktu dan fleksibilitas yang berkurang akibat adanya stres dari perjalanan yang tidak dapat dijelaskan."

Hal berbeda dialami para wanita lajang dan memiliki anak, wanita dengan jam kerja fleksibel, atau wanita dengan pasangan yang menjaga anak-anak.

Paul Dolan, dari London School of Economics, mengatakan, "Pria juga menuntut untuk menikmati waktu mereka sendiri, sehingga mereka tak begitu terpengaruh secara psikologis bila harus menjadi seorang pekerja komuter," ucapnya kepada Female First.
• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar