VIVAnews - Studi Bispebjerg University Hospital, Copenhagen, Belanda, mengungkap, pria yang mengayuh sepeda dengan kecepatan tinggi memiliki harapan hidup lima tahun lebih panjang dibandingkan mereka yang mengayuh sepeda secara lambat.
Studi dilakukan selama 20 tahun terhadap 5.000 pria usia 21-90 tahun tanpa gangguan kesehatan, yang memiliki kebiasaan bersepeda rutin. Jika kayuhan berkecepatan tinggi meningkatkan harapan hidup lima tahun tiga bulan, kayuhan sedang meningkatkan harapan hidup dua tahun sembilan bulan.
Sementara studi yang dilakukan terhadap wanita menunjukkan hasil berbeda. Wanita yang terbiasa mengayuh sepeda dengan kecepatan tinggi memiliki harapan hidup tiga tahun sembilan bulan lebih panjang dibandingkan mereka yang mengayuh pelan. Sedangkan kayuhan berkecepatan sedang meningkatkan harapan hidup sekitar dua tahun dua bulan.
"Intensitas olahraga lebih penting daripada durasi, dan ini menjadi kunci kesehatan Anda," kata Dr Peter Schnohr, pemimpin studi, seperti dikutip dari Daily Mail.
Hasil studi yang dipresentasikan di Konggres Kardiologi Eropa di Paris itu didapat tanpa mengabaikan jenis olahraga lain yang dilakukan, indeks massa tubuh, asupan alkohol, dan tekanan darah para responden.
Tak hanya meningkatkan harapan hidup, kebiasaan bersepeda 30-60 menit sehari dengan kecepatan tinggi juga menurunkan risiko kematian dini hingga 82 persen pada pria dan wanita. Selain bersepeda, berjalan kaki dengan cepat juga memberi manfaat kesehatan lebih baik dibandingkan berjalan lambat.
Namun, Profesor Peter Weissberg, direktur kesehatan Yayasan Jantung Inggris, memeringatkan bahwa, "Kecepatan olahraga yang tinggi akan memacu kerja jantung dan ini bisa menjadi masalah untuk mereka yang memiliki gangguan kesehatan jantung atau mereka yang tak terbiasa melakukan olahraga."
Sementara studi yang dipresentasikan di konferensi tahunan 'Reproduksi dan Embriologi Masyarakat Eropa' ke-12 akhir tahun lalu mengungkap, pria yang terlalu sering mengayuh sepeda akan mengalami penurunan tingkat kesuburan.
Penurunan kualitas dan kuantitas sperma itu diyakini terkait kompresi akibat gesekan antara testis dan pelana sepeda. Bisa juga lokalisasi panas yang dihasilkan oleh gesekan saat mengayuh sepeda dan celana yang cenderung ketat. (umi)
• VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar