Selasa, 28 Juni 2011

Ketika Umur Bertambah, Semakin Bijak & Saleh

Oleh : Uti Konsen.U.M.

Ali bin Abi Thablib RA,ilmuan di zaman Rasulullah saw berkata, “Semakin bertambah usia hamba Mukmin seharusnya semakin bertambah pula ilmu dan kesalehannya.“ Salah satu sifat yang umumnya dialami seseorang bila usianya kian bertambah tua adalah cepat tersinggung oleh siapapun. Maunya minta dimanjakan. Karena itu seorang bijak berpesan kepada orang-orang yang berusia lanjut, “Pupuklah kesalehanmu sekarang juga. Maka engkau akan menikmati hari tuamu dalam susana dekat kepada Allah. Berupayalah engkau untuk melatih diri dalam menahan emosi. Sebab, ketika umurmu bertambah tua, emosimu tidak semakin menurun.“
Kiat terbaik untuk mengendalikan emosi ialah dengan menjadikan Al Quran sebagai sahabat karib. Rasulullah saw bersabda, “Barang siapa yang mengumpulkan (mentadaruskan) Al Quran, tidaklah akan dikembalikan kepada ardzalil umur, kepada tua pikun, Insya Allah.“ Allah swt berfirman, “Dan Kami turunkan Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.“ (Al Isra 82).
Generasi salafus saleh membuat rumusan “Semakin tua semakin dekatlah kepada Allah.“ Terkait dengan hal tersebut, teramat baik kita berpedoman kepada firman Allah dalam satu hadis qudsi, “Hai anak Adam, luangkan waktu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku menghindarkan kamu dari kemelaratan. Kalau tidak, Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan kerja dan Aku tidak menghindarkan kamu dari kemelaratan“ (HR.Turmuzi dan Ibnu Majah). Salah satu contoh, umur Syaikh ‘Abd Al-Rahman Al-Sijistani mencapai 80 tahun. Di usia yang senja, dia termasuk seorang figur kakek yang sangat disegani dan disenangi oleh anak-anak muda. Suatu hari , ada seorang anak muda yang sengaja memaki Syaikh ‘Abd Al Rahman. Bagaimana reaksi sang kakek? Beliau hanya tersenyum dan berkata, “Jika makianmu benar adanya, aku berterima kasih kepadamu. Sebab masih ada anak muda yang berani meluruskan orang tua. Jika apa yang engkau makikan tidak benar aku sangat mengharap makian ini menjadi benteng bagiku pada masa yang akan datang supaya tidak dimaki-maki oleh orang lain. Aku berterima kasih kepadamu. Sebab, engkau memiliki perhatian kepadaku. Aku mengharap Allah memberimu umur panjang dan memberiku kesabaran. Ketahuilah, aku tidak yakin akan selamat dan lulus menghadapi hari tuaku. Sepertinya engkau pun akan mengalami keadaan yang sama sepertiku pada hari kemudian. Aku berharap jika engkau telah memasuki hari tua, perbanyaklah merasa salah daripada merasa benar. Tidak ada yang lebih dibenci oleh seseorang daripada seorang kakek tua yang banyak maksiat dan cepat tersinggung. Engkau jangan kaget jika sering mendengar orangtua yang dibunuh oleh anaknya. Hal itu terjadi karena orang tuanya lalai, sedangkan anakanya tidak sabar“ (Buku Meniti Jalan Surga Bersama Orang-Orang Suci oleh ‘Abd Al-Wahhab Al Sya’rani).“
Contoh lain. Satu malam Khalifah Umar bin Abdul Aziz RA bersama pengawalnya pergi ke masjid. Karena suasana gelap, kaki beliau menyenggol ke tubuh ke seorang lelaki yang sedang berbaring. Serta merta lelaki itu menghardik, “Hei, apakah kamu buta?“ Umar menjawab “Oh, tidak saudaraku.“ Pengawalnya hampir marah, dan akan memukul lelaki itu, tapi dicegah oleh Umar.” Kan dia hanya bertanya, ’Apakah aku buta?’ Sudah aku jawab ‘ Tidak.”
Syaikh Al Junaid bertanya kepada Syaikh Al Muhasabi, “Bagaimana caraku dapat bersabar atas perlakuan tidak baik orang lain kepadaku?” Al Muhasabi menjawab, “Pikirkan olehmu bahwa orang yang berlaku tidak baik kepadamu adalah utusan Allah untuk mendidik dirimu menjadi orang sabar. Kemudian, pikirkan pula bahwa perlakuan tidak baik tersebut adalah basalan atas ketidakbenaran perilakumu kepada orang lain. Engkau jangan terburu-buru menyalahkan orang lain yang berlaku kurang sopan kepadamu, “Telitilah, barangkali engkau pernah bertindak kasar kepada orang lain.”
Untuk mengendalikan emosi, seorang ulama salaf memberi nasehat, “Ketika memandang orang yang umurnya masih muda, mereka berbaik sangka bahwa orang muda belum banyak berdosa dan punya kesempatan yang panjang untuk beramal saleh. Sedangkan jika mereka memandang orang yang umurnya lebih tua, mereka berbaik sangka bahwa orang tua tersebut lebih taat dan banyak beribadah kepada Allah daripada mereka. Mereka selalu berbicara berdasar hasil pertimbangan yang matang, pikiran yang tepat, dan pengalaman yang bijak “
Abu Bakrah mengingatkan, “Wahai para orang tua, sesungguhnya anak-anakmu tidak banyak yang mengharapkan engkau berumur panjang. Anak-anakmu yang jauh dengan Allah sangat senang jika engkau berumur pendek. Mereka telah menanti warisan kekayaaanmu yang kau kumpulkan dengan susah apayah. Jika engkau sering memikirkan keselamatan anak-anakmu, ingatlah bahwa anak-anakmu hampir tidak pernah memikirkan keselamatanmu. Jika engkau selalu khawatir apakah anakmu besok bisa makan atau tidak, ingatlah bahwa anakmu selalu berpikir apakah hartamu masih bersisa atau tidak.“
Sebagai penutup patut kita simak nasehat Abdullah Al Muzani. “Jika seseorang bertambah umur, tetapi kesadaran ruhaninya tidak bertambah, ia termasuk orang yang merugi pada hari kemudian.Jika anak muda tidak punya sikap toleran kepada orang tua, ia akan dicampakkan oleh orang lain pada hari tuanya.Jika orang tua tidak mempunyai sifat sabar, ia akan dijauhi oleh orang-orang.“ Wallahualam. **

Tidak ada komentar:

Posting Komentar