VIVAnews - Stres dan ngemil tampak sejoli yang tidak terpisahkan. Saat stres, kecenderungan menginginkan kue-kue kecil manis masuk memenuhi mulut akan lebih besar. Menurut sebuah penelitian, kebiasaan mengunyah saat stres atau sering disebut dengan comfort eating dipicu hormon stres.
Seperti dilansir dari Daily Mail, memakan makanan manis dan berlemak telah lama dianggap berhubungan dengan stres atau kecemasan. Sekitar 2/5 orang diyakini makan berlebihan dalam keadaan tertekan.
Peneliti asal Amerika Serikat telah mengklaim bahwa hormon stres ghrelin adalah biang keladinya.
Pada penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Texas terhadap tikus, mereka menemukan bahwa tingkatan hormon ghrelin terpengaruh oleh stres yang mengakibatkan meningkatnya nafsu makan tikus.
Penelitian yang diterbitkan pada the Journal of Clinical Investigation ini menemukan bahwa tingkatan hormon ghrelin terpengaruh atas situasi stres apapun yang membuat makanan terlihat lebih menarik. "Banyak orang ketika stres beralih ke makanan berkalori tinggi sebagai comfort foods," ujar Dr Jeffrey Zigman, penulis penelitian.
Ia juga menambahkan bahwa penelitian ini dapat menjadi langkah awal bagi pengembangan obat untuk mengekang prilaku yang berpotensi merugikan. Karena biasanya orang stres sering mengonsumsi makanan manis
dan berlemak yang dapat membuat berat badan mereka naik secara signifikan.
Stres telah dikalim sebagai penyabab memburuknya epidemi obesitas. Mantan Wakil Perdana Menteri Inggris John Prescott dan Lady Diana termasuk korban comfort eating. Keduanya dikabarkan menderita bulimia.
• VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar